Satu kutipan dari lagunya Oom Gombloh

biarpun bumi bergoncang
kau tetap Indonesiaku
andaikan matahari terbit dari barat
kaupun tetap Indonesiaku
tak sebilah pedang yang tajam
dapat palingkan daku darimu — Kebyar-Kebyar
(Cipt. Gombloh)

Sesungguhnya Cinta Itu (Tidak) Kontroversial

Ingatkah saat Anda dulu jatuh cinta? Atau mungkin saat ini Anda tengah mengalaminya? Itulah yang sedang terjadi pada salah seorang sahabat saya. Akhir-akhir ini tingkah lakunya berubah drastis. Ia jadi suka termenung dan matanya sering menerawang jauh. Jemari tangannya sibuk ketak-ketik di atas tombol telpon genggamnya, sambil sesekali tertawa renyah, berbalas pesan dengan pujaan hatinya. Di lain waktu dia uring-uringan, namun begitu mendengar nada panggil polyphonic dari alat komunikasi kecil andalannya itu, wajahnya seketika merona. Lagu-lagu romantis menjadi akrab di telinganya. Penampilannya pun kini rapi, sesuatu yang dulu luput dari perhatiannya. Bahkan menurutnya nuansa mimpi pun sekarang lebih berbunga-bunga. Baginya semuanya jadi tampak indah, warna-warni, dan wangi semerbak.
Lanjutkan membaca →

Sekilat Info

Sebuah koran lokal Bandung baru-baru ini memberikan bahwa ADA seorang pemuda

yang berpenampilan bak DEWA dengan salah satu GIGI depannya terbuat dari

JAMRUD, secara NAIF menggunakan bahasa SLANK berusaha membeli POTRET Inul
dengan bingkai yang ber-WARNA COKELAT, di pusat pembelanjaaan BIP, Bandung. Lanjutkan membaca →

Perang

Duniaku sedang perang…
Gelegar dari bencana yang sebenarnya
Perang senjata
Perang kata-kata
Perang teknologi
Perang ideologi
Perang pemikiran
Perang informasi
Perang, perang, dan perang!

Berkilah tentang kebenaran
Namun yang ada hanyalah mencari pembenaran

Saat darwinisme sosial begitu kukuh direngkuh
Dan hedosnisme menjadi penyakit global
Maka sungguh kehancuran itu telah ada di depan mata

“Hahaha…”
Ada yang tertawa…

Oh, rupanya masih ada yang bisa tertawa
Di saat manusia-manusia tak berdosa harus menjadi korban kecongkakan global
Di saat bayi-bayi terlahir di tengah angkuh manusia terhadap dunia
Di saat tentara hanya dilatih sebagai mesin pembunuh

Lantas, apa yang ia tertawakan?
Siapa ia?
Entahlah siapa ia…
Namun yang pasti, ia menertawakan segala kebodohan berlabelkan kepandaian

Tak ada lagi demokrasi

Ah, sejak awal demokrasi memang didesain seperti itu

Setan-setan telah berwujud dalam nyata…

Hak Asasi Manusia menjadi Tuhan
Dan hukum hanya milik sebagian orang

Batu-batu begitu mudah dilemparkan
Peluru-peluru begitu mudah ditembakkan
Bom-bom begitu mudah diledakkan
Rudal-rudal begitu mudah diterbangkan

Tak peduli apa dan siapa

Terdengar berita gempar
Saat seorang eropa menjadi hancur oleh bom di dalam kereta
Saat seorang amerika tertimpa reruntuhan dari ledakan gedung tinggi
Saat seorang arab mati dihujani timah panas
Saat seorang afrika menjadi ras tersisih
Saat seorang asia kehilangan budayanya
Saat seorang australia tak lagi hidup tenang karena virus-virus ciptaan
Saat seorang tentara menangis namun tetap tak mampu berhenti menembak
Saat seorang anak kecil menulis surat kepada dunia tentang kenyataan yang sesungguhnya
Saat seorang tua tak mampu menikmati akhir-akhir masa hidupnya

Ada negara miskin yang dengan tanpa malu mengaku kaya
Ada negara kaya yang sejak lama tetap miskin
Ada negara yang 75% APBN-nya ditujukan untuk membuat senjata
Ada negara yang 95% keringat rakyatnya menjadi benar-benar tak berharga
Ada negara yang dipenuhi orang-orang pandai namun melegalkan kebodohan
Ada negara yang dipenuhi orang-orang bodoh sehingga menuhankan kepandaian

Propaganda-propaganda sosial global ditujukan hanya untuk membangkitkan kebencian
Juga kebodohan, ketidakpedulian, dan keangkuhan…

Kemarin terdengar berita, ribuan pendemo menentang aksi pembunuhan terhadap binatang secara kejam
Lalu sang pemerintah dengan penuh penghargaan menanggapi aksi itu
Dan di saat yang sama, di tempat yang sama, tak ada satupun yang peduli pada nasib jutaan manusia yang diperlakukan jauh lebih hina dari binatang
Kebodohan macam apa ini???!!!
Tak ada yang salah dengan aksi peduli pada mahluk hidup
Namun menjadi bencana jika yang lebih utama tak lagi dihargai

Ah, aku hanya dapat duduk jengah menatap ini semua
Mungkin aku pun menjadi satu masalah bagi dunia
Aku yang hanya terdiam lemah
Hanya mampu berteriak, mengumbar resah dan kecewa, dan tak ada yang mendengar
Adakah aku, kau, dia, mereka, dan semua salah?

Aku Tak Yakin Apakah Ini Cinta

Malam tadi terbesit firasat buruk di diriku
Terbayang segala mimpi buruk bercerita tentang satu masa
Saat kau tak lagi di sini, di sisi…

Kasih, aku tak yakin apakah ini cinta
Mungkin kau akan bertemu pria yang lebih menyenangkan
Mungkin kau akan bertemu pria yang bisa membuatmu merasa lebih nyaman
Mungkin kau akan bertemu pria yang lebih baik
Namun ketahuilah, saat mereka pergi meninggalkanmu, aku akan tetap berada di sini…

Kasih, aku tak yakin apakah ini cinta
Bahagiamu adalah bahagiaku
Jika kelak aku tak lagi mampu bahagiakanmu, tak perlu kau sungkan untuk sisihkan aku
Saat aku tak lagi mampu buatmu tersenyum, enyahkan saja aku
Saat itu aku tak lagi layak bersamamu…

Kasih, aku tak yakin apakah ini cinta
Tak perlu kau takut untuk meminta pisah
Saat kau merasa ada cinta lain yang lebih bermakna
Saat kau merasa rindumu selain padaku lebih menggebu

Kasih, aku tak yakin apakah ini cinta
Namun kupastikan kebahagiaan itu mutlak milikmu
Tak usah kau ragu untuk tinggalkan aku…

Pastikan awal yang indah harus berakhir pula dengan indah

Fakir

Aku kehilangan segala khayalan tentang masa depan
Dan benar-benar telah menjadi pecundang sejati yang takut untuk sekedar bermimpi

Di mana kalian, wahai keluarga?
Di mana kalian, wahai saudara?
Di mana kalian, wahai sahabat?
Di mana kalian, wahai kekasih?

Aku sendiri
Adakah aku yang telah pergi meninggalkan semua?

Siksaan terbesar dalam hidup tengah kurasakan
Saat ku tak lagi memiliki harapan

Kemana diriku yang dulu begitu optimis menjalani hidup?
Kemana semua keyakinanku yang dulu begitu tangguh?
Kemana semua keberanian diri?

Aku yang dulu begitu sombong melawan waktu, kini hanya duduk tersimpuh kaku dan lumpuh
Hari-hariku kini penuh penat, sesak…
Segala mimpi buruk itu kini telah menjadi nyata
Bahkan lebih mengerikan dari yang pernah kubayangkan

Duniaku begitu kasar
Mungkin hendak menuntunku menjadi dewasa
Tapi yang terjadi justru aku menjadi bayi raksasa
Kenormalan jiwa yang tersisa hanyalah mencoba bertahan untuk tetap hidup
Dan membiarkan berakhir sesuai takdir

Adalah aku kini seorang fakir

Minggu pagi yang penuh jengah…

Sudah kuduga, menjalin cinta hanya akan menyesakkan
Sesak oleh segala ketertakutan akan kehilangan dirimu
Sesak oleh segala kerinduan sekedar ingin mendengar suaramu

Tak peduli pulsa ponselku yang kian menipis
Ku terus saja mengirimkan SMS padamu
Ucapkan selamat pagi, semoga hari ini indah, jangan lupa makan, mimpi indah, dan segala…

Tak peduli tagihan rekening teleponku membengkak
Terus saja ku tak jenuh mendengar segala ucapmu
Kisahmu hari ini, canda tawa, masalah sekolah, mimpi burukmu tadi malam, dan segala…

Dan hal yang selalu ini kutakutkan datang juga
Mimpi buruk yang menjadi nyata
Tak ada lagi rona muka memerah saat kuucapkan rindu
Tak ada lagi getaran manja saat kucoba merayu
Adakah kebosanan tengah menghinggapimu?

Ah, kasih…
Dulu kau begitu bertanya-tanya saat sehari saja ku tak meneleponmu
Dulu kau tak mampu tertidur pulas saat tak ada belaian ucapan selamat tidur SMS-ku
Tapi kini segalanya berubah…
Adakah kau tak lagi cinta?

Dulu, ya, dulu, setiap ku meneleponmu, dan kubertanya apa yang sedang kau lakukan, kau selalu
menjawab: “Aku sedang merindukanmu…”
Tapi kini…
“Aduh, aku sedang mengerjakan PR…”
“Maaf ya, aku sedang makan malam bersama keluarga…”
“Seharian tadi aku lelah, sekarang aku baru saja mau mencoba tidur…”
Dan segala yang begitu membuatku kecewa

Selama ini aku selalu berusaha untuk mengerti, memahamimu…
Selama ini aku senantiasa bertahan berprasangka baik padamu…
Tapi harus ku akui, aku mulai lelah, jengah…

Ah, tapi tetap saja aku cinta…
Tetap saja aku takut kehilangan dirimu…

Bersama segala bayangan indah yang kian memudar, aku menjalani hari
Hari-hari yang sesak merindukanmu, merindukan segala manjamu dulu…
Adakah suatu saat nanti kau ‘kan berucap kata pisah?
Entahlah, aku sendiri sedang tak seyakin dulu
Dan yang kulakukan kini hanyalah bertahan dan terus bertahan
Menanti segalanya menjadi pasti…