Wajib Diketahui Pria, Perlu Bagi Wanita

KapanLagi.com – Dibanding wanita mayoritas pria cenderung tidak terlalu peduli dengan tubuhnya. Sering kali berbuat sembarangan. Disadari atau tidak, tindakan yang sering dilakoni itu bisa berakibat buruk bagi kesehatan seksualnya.

Pria – pria yang mengalami gangguan fungsi seksualnya tidak menyadari bila hal itu diakibatkan kebiasaan yang mereka anggap lumrah.

Jika Anda seorang wanita? Dan, saat ini sedang gundah belum juga memiliki keturunan meski sudah menikah lebih dari dua tahun? Perhatikan kebiasaan pasangan Anda. Siapa tahu salah satu hal buruk atau bahkan semuanya mirip dengan kebiasaan pasangan Anda. Anda memiliki peran sangat penting untuk mengharmoniskan hubungan cinta kasih.

Inilah beberapa hal yang perlu diperhatikan:

1. Jangan Suka Pakai Celana Ketat

Penggunaan celana ketat yang terlalu sering akan membawa efek buruk bagi reproduksi sperma. Celana (juga celana dalam) yang ketat akan membuat buah zakar menempel ketat pada tubuh secara tidak wajar. Hal ini mengakibatkan suhu zakar meningkat yang mengakibatkan proses reproduksi sperma terganggu.

2. Jangan Memangku Laptop

Sperma sangat sensitif terhadap panas. Karena itu, para dokter menganjurkan kaum pria tidak berlama-lama berendam air panas, meringkuk di dalam ruang spa, atau memangku laptop.

Sebuah penelitian yang dimuat di Jurnal Human Reproduction yang diterbitkan di Inggris pada 2004 menyebutkan, kombinasi panas yang dihasilkan laptop dengan panas yang dihasilkan gaya duduk yang merapatkan paha agar laptop bisa diletakkan dengan seimbang, justru akan mengganggu produksi sperma. Peningkatan lebih dari 1 derajat dari ambang batas akan berakibat negatif pada sperma.

3. Tingkatkan Konsumsi Vitamin C

Beberapa penelitian menunjukkan, suplemen yang mengandung vitamin C, seng L-carnitine (asam amino), bisa membantu meningkatkan kualitas sperma. Hal ini dibuktikan dalam sebuah penelitian yang dilakukan terhadap 47 pria dengan mortilitas sperma yang buruk. Mereka diberi 3 gram L-carnitine sehari dan ternyata, suplemen tersebut mampu menggandakan jumlah sperma.

4. Kurangi Rokok

Merokok akan membuat pembuluh darah mengkerut, termasuk pada organ seks. Merokok akan meningkatkan risiko gangguan ereksi, karena aliran darah menuju penis berkurang.

Penelitian yang dilakukan di Inggris yang dilansir Healthnewsday menunjukkan, 78% dari 1.011 pasien gangguan ereksi adalah perokok. Sementara studi yang dilakukan Universitas Kedokteran Yale menyebutkan sekitar 40% pria yang menghabiskan rokok sebungkus per hari mengalami disfungsi ereksi, dibandingkan dengan mereka yang tidak mengkonsumsi rokok.

5. Gaya Hidup

Impotensi bisa disebabkan oleh banyak hal, salah satunya bila pembuluh arteri menuju penis mengalami penyumbatan. Namun, tak perlu terlalu khawatir tentang hal itu, karena program empat langkah yang meliputi: diet vegetarian rendah lemak, berhenti merokok, berjalan kaki setengah jam setiap hari, dan belajar mengelola stres, ternyata bisa membantu memperbaiki gangguan potensial jenis ini.

6. Makan Tomat Lebih Banyak

Buah tomat bisa mengurangi resiko kanker prostat sebanyak 45%. Hal ini karena tomat kaya akan lycopene yang merupakan antioksidan pencegah kanker.

Penemuan ini dihasilkan dari penelitian selama tujuh tahun oleh Universitas Harvard yang melibatkan 47.000 orang pria usia paruh baya. Tak peduli bagaimana tomat dikonsumsi, bisa dalam bentuk sup atau saus, tomat tetap menyehatkan.

7. Cukup Tidur

Kurang tidur justru membuat pria loyo dan tak bergairah saat bekerja, padahal tidur cukup bisa mencegah penuaan dini. Saat tidur kita menghasilkan Hormon Somatropin, sebuah hormon yang sangat berperan penting untuk menghambat proses penuaan yang bekerja untuk regenerasi sel.

Ketika jadwal tidur mengalami gangguan, hormon tersebut tak bisa berproduksi dengan baik, akibatnya regenerasi sel akan terhambat.

8. Olahraga

Sebuah penelitian yang mendukung hal ini mengadakan riset yang melibatkan 95 pria berusia sekitar 48 tahun. Di mana 17 orang berjalan kaki selama satu jam, empat kali seminggu. Selebihnya berlatih aerobik.

Setelah 9 bulan, ternyata para pria yang berolahraga dengan berjalan kaki tidak menunjukkan perubahan dalam kehidupan seksual mereka. Sebaliknya, para pria dari kelompok aerobik dilaporkan mengalami lompatan dalam gairah seks, bahkan sekitar 30% lebih banyak melakukan hubungan intim

Pasangan Terpisah Jarak Ijab Kabul Via Ponsel

DetikNet – Sepasang kekasih muslim asal India yang terpisah jarak ingin sekali segera menikah. Jarak antara Kalkuta – Kuwait tak membendung niat Irin Biswas (18) dan Safikul Islam untuk tetap melangsungkan pernikahan.

Seluruh warga desa di Murshidabad, Bengal Barat, India, menyaksikan prosesi tersebut dengan cara sang penghulu menyalakan loud speaker pada sebuah ponsel yang mengumandangkan kalimat kabul yang disuarakan Safikul.

“Mereka mengatakan ijab kabul tiga kali dan pernikahan tersebut sudah lengkap,” jelas Maulana Alamgir selaku penghulu yang mensahkan pernikahan via ponsel tersebut, seperti dikutip detikINET dari Reuters, Senin (14/7/2008).

Lebih lanjut dikatakan Maulana, upacara modern seperti itu tidak melanggar hukum islam dalam melangsungkan pernikahan.

Safikul dan Irin terpaksa menikah jarak jauh karena Safikul yang tengah bekerja di Kuwait belum ada uang untuk terbang ke India untuk menikah langsung. Akhirnya, sambungan jarak jauh lewat ponsel jadi pilihan mereka untuk menyatukan cinta sehidup semati tersebut.

Menurut pihak keluarga, Safikul akan bertemu untuk pertama kali dengan istrinya Oktober mendatang, saat ia pulang ke kampung halamannya.

Renungan: Pekerja Kemanusiaan, Iblis atau Malaikat(?)

Di pagi hari yang cerah ini, di saat weekend, saya membaca resensi
bagus dari sebuah buku, saya sebenarnya sedang mencari buku ini,
sebuah buku yang wajib dibaca orang2 seperti saya, para pekerja
kemanusiaan, supaya nurani tetap terasah, jiwa tetap dapat melihat
mana kegelapan mana cahaya terang. Buku ini di tulis oleh J.
Sumardianta, di tahun 2006 pasca gempa mengguncang kota gudeg
Yogyakarta, buku ini lebih indah untuk dibaca daripada annual report
kami yang bercerita tentang keberhasilan organisasi kemanusiaan kami
mencapai beberapa target dari Millenium Development Goals United
Nations, karena J. Sumardianta menulis berdasarkan kegelisahan hati
nuraninya, sedangkan buku laporan tahunan kami ditulis berdasarkan
kegelisahan hati para team fundraising; “bagaimana menarik simpati
hati dan simpati donor, baik; individu, institusi, maupun swasta agar
menyumbang lebih banyak dan lebih banyak lagi”.

Saat ini saya berada di sebuah tempat, di mana kegiatan kemanusiaan
sepertinya kehilangan esensi awalnya; membantu sesama dan memuliakan
kehidupan orang yang kita bantu. Kadang saya berpikir; sudahi semua
ini, dan kembalilah hidup normal seperti sediakala, seperti saat saya
belum mengenal apa itu lembaga bernama humanitarian relief NGOS’s dan
sebangsanya, tapi pikiran ini selalu berkata; “lakukan sesuatu
terlebih dahulu untuk memperbaiki sesuatu yang sepertinya tidak pada
tempatnya, sebelum akhirnya memutuskan hijrah, jika memang akhirnya
sang Ilahi Rabbi menakdirkan kita harus berhijrah ke persinggahan
berikutnya”.
Saya tak pernah sekalipun bermimpi apalagi berniat berada di sini, di
tempat ini, organisasi ini, cita2 saat tamat kuliah dulu adalah
minimal menjadi Kepala Cabang di sebuah Bank terkemuka di saat usia
ini menginjak kepala 40 tahun, dan kemudian menjadi Presiden Direktur
Bank terkemuka di saat usia menginjak 50 tahun, “mimpi gila” dari
seorang anak muda yang baru lulus kuliah di awal tahun 1990-an,
kegilaan yang sah2 saja, karena konon; “banyak orang yang mencapai
taraf hidup terbaiknya di dunia ini kerena suka bermimpi gila, dengan
mimpi gilanya orang2 sukses bekerja keras”, kata seorang kawan saya
yang menjadi Trainer Motivasi.

Walau saya sudah punya mimpi gila, suratan takdir menggariskan lain,
saya terdampar di sebuah tempat yang dahulu selalu saya pikirkan
sebagai tempat terburuk di dunia, karena di tempat itulah orang2
senang sekali mengenakan berbagai topeng di mukanya agar tampak
seperti malaikat. Tapi lihatlah sekarang; “saya seperti terkena karma,
malah ikut2an memakai berbagai topeng tersebut agar tampak seperti
malaikat”.

Deadline pelaksanaan project sesuai proposal, target distribusi
bantuan sesuai deadline, visibility, harapan donor, target
fundraising, serta persaingan antar lembaga amal, membuat saya merasa
kehilangan esensi dari pekerjaan ini pada akhirnya ,saya sering
bertanya2 dalam hati; “apakah saya lebih hina daripada para pekerja
bisnis yang mencurahkan hidupnya demi keuntungan dan kemajuan usaha
pemilik modal sehingga mereka terkadang menghalalkan segala cara?,
jika dulu saya meragukan apakah rejeki yang saya terima tiap bulan itu
berasal dari bisnis yang halal karena ada praktek2 yang agak
bertentangan dengan kata hati, maka sekarang saya ragu; apakah rejeki
yang saya terima tiap bulan ini benar2 merupakan hak saya sebagai
bagian dari sebuah komunitas amal yang para pekerjanya disebut tenaga
amilin, jangan2 saya sama saja bahkan lebih hina daripada pekerja para
pebisnis yang suka menipu dan melakukan apa saja demi tercapainya
target kerja, jika mereka (mungkin) memakan uang haram hasil dari
proses bisnisnya, maka saya memakan hak fakir miskin dan anak yatim.

“Pada minggu pertama setelah gempa, sebelum dapur umum menyala dan
persediaan bahan mentah masih langka, operasi nasi bungkus sangat
membantu. Bila tidak, kelaparan bakal meluas dan anak-anak kekurangan
gizi. Tindakan ibu-ibu laskar nasi bungkus tunamodal berjibaku siang
malam kurang tidur hanya mengandalkan penyelenggaraan Ilahi adalah
inti jiwa relawan sosial. Paradoks dengan operasi lembaga swadaya
masyarakat (LSM) internasional yang kebanyakan siap dengan cadangan
dana besar, tetapi malah menghambat kerja cepat pada tahap emergensi.
Emergensi butuh tindakan cepat, tepat, berharkat, bukan lamban, dan
memaksakan selera. Perilaku terpuji para korban yang berdaya tahan
justru dengan telak mempermalukan para pebisnis bantuan dan
kemanusiaan. Di Kampung Semaki, Umbulharjo, Yogyakarta, banyak
orang-orang kecil berjiwa besar: tukang becak, penjual gorengan, buruh
angkutan, pelayan toko, buruh pabrik dan bangunan, pun tukang parkir.
Semangat kerja, tolong menolong, dan kejujuran mereka luar biasa dalam
tanggung renteng membangun pondok bambu.

Realitas budaya masyarakat Semaki ini tentu bertolak belakang dengan
proyek pembangunan rumah dome di Prambanan yang dikerjakan LSM
Amerika. Bentuknya indah untuk burung merpati. Sempit dan gerah dihuni
manusia. Penghuni butuh penyesuaian sosial luar biasa. Dibangun di
hamparan tandus. Rumah model iglo Eskimo yang hanya cocok untuk kutub
utara bersuhu 10 derajat di bawah nol disalin mentah-mentah untuk
masyarakat daerah lintasan khatulistiwa bersuhu di atas 20 derajat.
Butuh mesin pendingin ruangan agar teduh” (J. Sumardianta, 2006).

Boleh jadi saya (mungkin) lebih hina dina daripada semua yang paling
hina dina di dunia ini; karena saya menjadi bagian dari team yang
bertindak dan berbicara seperti malaikat, tapi pikiran ini adalah
pikiran iblis, kami tak pernah peduli (walau hati nurani ini
menginginkannya) , apakah orang2 dan komunitas yang kami bantu menjadi
lebih baik kehidupannya atau lebih menderita setelah di bantu, kami
hanya peduli; “mari habiskan budget kita, karena kalau tak habis kita
harus mengembalikan uang tersebut, dan tahun depan donor tak mau lagi
mengirimkan dananya, ayo buat laporan yang lebih bagus pasca kegiatan
agar donor mengalirkan lebih banyak uangnya tahun depan”. Dalam suatu
kesempatan diskusi seorang kawan yang bekerja di NGO’s lain bercerita;
ia pernah menemani salahsatu expatriate-nya untuk mengambil angle raut
muka beneficiary yang sudah mereka berdayakan untuk keperluan laporan,
sang beneficiary harus berpose berulang kali agar angle wajah memelas
dan memilukan diperoleh, agar berkesan mendalam saat di muat pada
annual report atau website katanya. Wah, pantas J. Sumardianta
menyebut dalam bukunya; kami adalah iblis2 yang berjubah seperti
malaikat, lalu lantas ke mana makna Code of Conduct yang sudah
ditetapkan dan disepakati secara internasional oleh lembaga-lembaga
bantuan kemanusiaan itu kalau begini faktanya?.

Bencana itu musibah sekaligus berkah. Kepedulian terhadap kemanusiaan
bisa dilatarbelakangi kepentingan politik, bisnis bantuan, dan
berbagai semangat filantropis berlumuran pamrih. Misalnya, kepedulian
merancang perumahan di Aceh pascatsunami dan rumah tahan gempa yang
menutup mata terhadap kearifan lokal. Kepedulian semacam ini tak
ubahnya burung gagak hendak berpesta pora memangsa bangkai yang
membelasah di wilayah bencana. Aparat pemerintah, aktivis LSM, dan
donatur internasional semua bergerak atas nama kemanusiaan. Mereka
bisa berperan sebagai iblis, perusak bumi, dan pendewa materi.
Membonceng ideologi kemanusiaan untuk melakukan kejahatan yang
mencederai kemanusiaan. Bisa pula berperan sebagai malaikat,
pemelihara lingkungan, dan penyayang korban.

Di tengah semarak penanganan bencana, menurut Dr Susetiawan, Kepala
Pusat Studi Kawasan dan Pedesaan Universitas Gadjah Mada (UGM), dalam
kata pengantar, iblis berkedok malaikat memang bergentayangan di
mana-mana. Mereka melupakan kearifan lama bahwa “tidak ada saku dalam
kain kafan penguburan”. Keunggulan komparatif bangsa yang bertengger
di jalur gebalau alam dahsyat tak lain masih adanya manusia-manusia
suka bekerja keras, tulus, ikhlas, jujur, hemat, dan pantang serakah
mengail di air keruh berbisnis penderitaan manusia. (J. Sumardianta, 2006)

Apakah kami (saya) seperti itu?, silahkan pembaca simpulkan sendiri,
mungkin beberapa pembaca ada juga yangberprofesi seperti saya, atau
bahkan membenci profesi seperti saya, mudah2an hanya organisasi kami
saja yang seperti itu, tapi di lubuk hati yang terdalam; saya ingin
menjadi malaikat2 itu, sesuai janji istana iblis kemanusiaan tempat
saya berada, saya akan berusaha sekuat tenaga saya untuk menjadi
malaikat yang mencoba menerangi istana tersebut, walaupun hanya 1
(satu) atau beberapa malaikat, sebelum saya akhirnya menyerah kalah
dan memutuskan untuk kembali menjadi manusia biasa saja…

Wassalam,
Deni Danasenjaya
Banda Aceh, 09-02-2008