Biarkan aku menikmati hadirnya sosokku sendiri
Larut dalam kemesteriusan diri
Karena di sana aku merasa bahagia
Terdiam bersama hening sebagai kawan setia
Biarkan aku terjaga dalam jelaga malam satu warna
Di sana keajaiban itu selalu sentuhiku
Aku berada dalam hidup atau mati?
Bahagiaku adalah saat aku tak mempedulikannya
Lalu datang kau, kisahkan tentang realita dan masa
Kenapa tuturkan itu padaku?
Bukankah aku berada tepat di dalamnya?
Lalu kau berkisah tentang konsep ketuhanan
Ketuhanan bukanlah konsep, wahai kawai
Hanya itu yang aku tau dalam segala bodohku
Selebihnya hanya membuat aku terlihat semakin bodoh
Dan aku tetap meyakini adanya Tuhan
Walaupun sejujurnya telah lama ku tak mengingatnya
Namun bagaimanapun, terimakasih kawan
Karena setidaknya kau telah kembali membuatku teringat pada Tuhan
Entah Tuhan yang mana…
Lalu kau kisahkan tentang surga dan neraka
Ah, kali ini aku benar-benar tak peduli
Mungkin karena kebodohanku
Atau mungkin karena keangkuhanku
Hal itu terlalu abstrak untukku
Dan aku tak peduli di tempat yang mana aku akan ditempatkan
Surga atau neraka?
Yang aku tahu, terserah Tuhan saja
Terserah Ia mau menaruhku di mana
Seperti yang kau bilang, toh tubuh ini adalah milikNya
Jiwa ini milikNya
Aku tak punya apa-apa
Lalu kau berkisah tentang ibadah
Aku tak peduli!
Dan tak terdengar lagi kata-kata
Hingga aku terbangun di saat yang sama ketika aku mulai tertidur
Sebagian dari hidupku memang kuhabiskan untuk tidur
Dalam tidur aku merasa benar-benar hidup
Sebagian yang lain aku gunakan dalam sia-sia
Dan sebagian lain entah ku gunakan untuk apa
Namun dalam semuanya, aku tersesak
Tersesak menunggu
Menanti segalanya menjadi pasti
Adakah aku tengah berada dalam sejati kebodohan diri?