“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat-menasehati supaya menaati kebenaran dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al-Ashr (103) : 1-3).
Langkah awal agar kita mampu menikmati setiap detik hidup ini, adalah dengan menumbuhkan sikap ridha (rela menerima kenyataan). Kebahagiaan dan kesedihan, keuntungan dan kerugian, akan terasa nikmat dengan sikap ridha. Mengapa demikian?
Kesengsaraan hidup walaupun dihadapi dengan sikap dongkol uring-uringan, keluh kesah, tetap saja kenyataan sudah terjadi. Pendek kata, disesali ataupun tidak, ridha maupun terpaksa, tetap saja kenyataan itu sudah terjadi dan dialami. Jadi, lebih baik hati kita ridha menerimanya.
Tentu saja ridha terhadap kenyataan yang dialami, bukan berarti pasrah total, sehingga tidak bertindak apapun. Itu keliru, ridha itu amalan hati, sedangkan pikiran dan tubuh kita wajib ikhtiar untuk memperbaiki kenyataan dengan cara yang diridhai Allah. Kondisi hati yang ridha sangat membantu menjadikan proses ikhtiar menjadi positif, optimal, dan bermutu.
Orang yang stress adalah orang yang tidak memiliki kesiapan mental menerima kenyataan yang ada. Pikirannya tidak realistis, tidak menerima kenyataan, dan tidak berpijak kepadanya. Sibuk menyesali sesuatu yang sudah terjadi. Sungguh, suatu kesengsaraan dan kepedihan hidup yang dibuat sendiri.
Oleh karena itu, sadarilah bahwa hidup kita ini terdiri dari berbagai episode yang tidak monoton. Kenangilah perjalanan hidup anda, ambilah kearifan dari setiap episode yang telah anda lalui. Kenanglah dengan kelapangan dada, dinginnya emosi, dan keikhlasan.
Jangan pernah menyikapi kenyataan hidup ini dengan keluh kesah, karena tidak akan menyelesaikan masalah, bahkan akan menambah luka yang anda alami. Tetapi atasilah dengan hati yang ridha, sehingga kita menikmati setiap episode hidup kita sambil berikhtiar memperbaiki kenyataan pada jalan yang Allah ridhai. Wallahu’alam bish-shawab. (Aa Gym – and/yn)